
Dorong Pembangunan Berkelanjutan, Negara-Negara Asia Timur dan Tenggara Bahas Arah Baru Kebijakan Industri


Kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara kini tengah menggulirkan babak baru dalam arah kebijakan industrinya. Isu-isu global seperti krisis iklim, disrupsi teknologi, serta ketegangan geopolitik membuat banyak negara mencari pendekatan industrialisasi yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Melalui forum bertajuk “The New Industrial Policy Landscape of East and South East Asia: Accelerating SDGs Achievement through Modern Industrial Policy”, para pemangku kepentingan dari sektor pemerintahan, industri, hingga akademisi saling berbagi pandangan dan strategi.
“Forum ini menjadi momentum penting bagi kita semua untuk menyamakan langkah dalam menjadikan kebijakan industri sebagai alat percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs),” ujar Tri Supondy, Direktur Jenderal Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian dalam keterangan pers nya di Jakarta(10/4). Menurutnya, industrialisasi masa kini tidak bisa lagi hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata, tetapi harus mampu menciptakan lapangan kerja hijau, mendukung transisi energi bersih, dan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui teknologi digital.
Indonesia sendiri terus mendorong transformasi industri yang selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Mulai dari pembangunan rantai pasok kendaraan listrik dalam negeri, peningkatan pemanfaatan energi terbarukan dalam proses manufaktur, hingga digitalisasi UMKM, menjadi langkah nyata yang dilakukan pemerintah.
Kondisi global yang semakin proteksionis serta perubahan struktur rantai pasok dunia juga menjadi tantangan baru. Untuk itu, kolaborasi lintas negara sangat dibutuhkan, terutama dalam mendorong inovasi yang inklusif dan ramah lingkungan. Negara-negara berkembang dan kepulauan kecil yang rentan tidak boleh tertinggal dalam arus Revolusi Industri Keempat.
Diskusi ini juga menjadi ruang berbagi praktik baik dari berbagai negara Asia Pasifik, berdasarkan hasil Industrial Development Report (IDR) 2024. Fokusnya adalah merumuskan kebijakan industri yang tanggap, berbasis data, dan berpihak pada keadilan sosial. Kerja sama dalam alih teknologi, pembiayaan inovatif, serta pertukaran pengetahuan menjadi poin penting yang didorong bersama.
Tri Supondy menutup sambutannya dengan harapan besar bahwa forum ini dapat melahirkan ide-ide segar lintas negara dan sektor. “Mari kita jadikan forum ini sebagai titik tolak untuk merumuskan kebijakan industri yang tidak hanya mendorong kemakmuran, tapi juga menyelamatkan masa depan bumi dan generasi mendatang,” tutupnya.
Demikian berita kegiatan ini untuk disebarluaskan.