
Work-Life Series: ASN Belajar Mandiri Finansial dan Pensiun Dini

Banyak orang di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan personal. Fenomena living paycheck to paycheck atau hidup hanya mengandalkan gaji bulanan masih dialami sebagian besar pekerja, ditambah lagi beban sebagai sandwich generation yang harus menopang keuangan orang tua sekaligus anak. Kondisi ini membuat persiapan dana pensiun menjadi hal yang kerap terabaikan, padahal sangat krusial untuk masa depan yang lebih tenang dan sejahtera.
Sebagai upaya meningkatkan literasi keuangan bagi aparatur sipil negara (ASN), tim SDM, Organisasi, dan Tata Laksana di Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyelenggarakan podcast live streaming Work-Life Series bertajuk Persiapan Dana Pensiun ala F.I.R.E Movement untuk ASN. “ASN perlu memahami sejak dini pentingnya perencanaan keuangan, khususnya dana pensiun. Melalui forum ini, kami berharap wawasan ASN semakin luas dalam mengelola keuangan pribadi secara bijak dan berkelanjutan,” ujar Sekretaris Ditjen KPAII, Syahroni Ahmad dalam keterangan persnya di Jakarta (30/9).
Ary Rizza, seorang Certified Financial Planner sekaligus penggiat Financial Independence, Retire Early (F.I.R.E), mengajak peserta untuk memahami konsep dasar pensiun. Pensiun bukan hanya soal berhenti bekerja di usia tertentu, tetapi bagaimana mempersiapkan diri agar tetap sejahtera meski sudah tidak lagi memperoleh penghasilan rutin.
Ary Rizza menjelaskan bahwa menurut riset internal, mayoritas pekerja hanya akan mampu menutup 50–75 persen kebutuhan pensiun dengan dana yang tersedia. Artinya, ada gap besar yang harus dipenuhi dengan strategi cerdas, salah satunya melalui konsep F.I.R.E. “Gerakan ini mendorong kita untuk menabung dan berinvestasi lebih agresif agar bisa meraih kebebasan finansial dan pensiun lebih cepat,” jelasnya.
F.I.R.E Movement berfokus pada empat hal utama: meningkatkan pendapatan, mengendalikan pengeluaran dengan gaya hidup hemat (frugal living), konsisten berinvestasi, dan memiliki perlindungan finansial. Dengan cara ini, seseorang dapat menentukan F.I.R.E number angka target dana yang harus dicapai untuk membiayai kebutuhan hidup setelah pensiun tanpa bergantung pada pekerjaan aktif.
Menariknya, strategi ini bukan sekadar soal akumulasi aset, tetapi juga gaya hidup yang lebih sederhana dan berorientasi pada pengalaman, bukan sekadar konsumsi. “Hidup dengan lebih minimalis justru memberi ruang untuk fokus pada hal-hal yang esensial, sekaligus mempersiapkan masa depan lebih pasti,” tambah Ary.
Menutup kegiatan, Syahroni Ahmad kembali menegaskan pentingnya perubahan pola pikir ASN dalam menghadapi masa pensiun. “Kita harus berani merencanakan sejak dini, bukan menunggu sampai mendekati usia pensiun. Dengan literasi keuangan yang baik, ASN dapat menjadi teladan dalam mengelola keuangan keluarga sekaligus berkontribusi menjaga ketahanan ekonomi bangsa,” ujarnya.
Demikian berita kegiatan ini untuk disebarluaskan.
